Surakarta_Menjalani peran ganda sebagai dosen sekaligus mahasiswa bukanlah hal yang mudah. Saya, Candra Agustina, Dosen Universitas BSI Kampus Solo dan Mahasiswa Program Doktor Sistem Informasi Universitas Diponegoro (UNDIP), telah merasakannya secara langsung, menunaikan tugas sebagai dosen sambil menempuh studi S2, dan kemudian melanjutkan perjuangan serupa saat menempuh pendidikan S3. Pengalaman ini membuka mata saya bahwa dunia pendidikan bukan hanya tentang transfer ilmu, melainkan juga tentang sinergi dan komitmen bersama, terutama saat memasuki tahapan krusial: penulisan tugas akhir.
Pada proses penulisan tugas akhir, dinamika hubungan antara dosen dan mahasiswa berubah. Tidak seperti kuliah reguler yang terjadwal, penulisan tugas akhir bergantung pada kesepakatan fleksibel antara mahasiswa dan dosen pembimbing. Di sinilah letak tantangannya. Tanpa kedisiplinan dari mahasiswa dan perhatian aktif dari dosen, perjalanan akademik bisa tersendat. Banyak kasus molornya jadwal sidang, bahkan kegagalan menyelesaikan studi, berawal dari longgarnya komitmen kedua belah pihak di tahap ini.
Sebagai dosen, saya memahami betul bahwa mahasiswa harus memiliki kemandirian tinggi. Namun sebagai mahasiswa, saya juga pernah merasakan pentingnya dukungan dan pengarahan dari dosen pembimbing. Harmoni ini harus dijaga. Mahasiswa perlu aktif mengatur ritme studinya sendiri, menetapkan target, serta berani meminta umpan balik. Sementara itu, dosen wajib memberikan pendampingan yang jelas, membuka ruang diskusi, dan membantu mahasiswa tetap fokus pada penyelesaian studinya.
Penulisan tugas akhir bukan sekadar tugas akademik, tetapi ujian kedewasaan dan komitmen kedua pihak. Ketika mahasiswa terlena dalam rasa malas atau kehilangan arah, dan dosen bersikap lepas tangan, maka kegagalan menjadi ancaman nyata. Sebaliknya, ketika mahasiswa menunjukkan inisiatif dan dosen memberikan dukungan proporsional, proses akademik akan berjalan lebih lancar dan bermakna.
Saya percaya, kunci keberhasilan di tahap akhir studi ini terletak pada sinergi. Mahasiswa dan dosen harus saling mendorong, saling mengingatkan, dan saling menguatkan sesuai porsi masing-masing. Tidak ada perjalanan akademik yang benar-benar mulus, tetapi dengan harmonisasi peran, hambatan bisa diatasi dan tujuan besar bisa diraih.
Sebagai seseorang yang pernah berada di kedua sisi, dosen yang membimbing dan mahasiswa yang dibimbing, saya belajar bahwa pendidikan sejati lahir dari kerja sama yang tulus. Di sinilah esensi dunia akademik, saling menumbuhkan, bukan sekadar menyelesaikan.