Mahasiswa UBSI Bergabung dalam Upacara Adat Mondosiyo dalam Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Kelompok 3 Identitas Nasional

KARANGANYAR – Upacara Adat Mondosiyo, tradisi turun-temurun masyarakat Dusun Pancot, Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, akan mendapat dukungan dari generasi muda. Lima mahasiswa Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) Surakarta yang tergabung dalam “Kelompok 3 Identitas Nasional” akan berpartisipasi dalam upacara sakral yang digelar 10-15 Mei 2025 mendatang.

Tradisi Berusia Ratusan Tahun

Mondosiyo merupakan tradisi “bersih desa” dan “sedekah bumi” yang diselenggarakan setiap tujuh bulan sekali pada hari Selasa Kliwon dalam Wuku Mondosiyo menurut kalender Jawa. Upacara ini bertujuan untuk mensyukuri hasil bumi, memohon keselamatan, dan memperkuat keharmonisan warga.

Ritual dimulai dengan pembuatan air tape untuk menyucikan Batu Gilang, dilanjutkan “Jeblugan” (pengumpulan beras dari setiap rumah), dan persiapan sesaji oleh ibu-ibu yang dalam keadaan suci ritual. Puncak acara adalah penyiraman air “badheg” ke Batu Gilang dan tradisi “lempar tangkap ayam” sebagai pemenuhan nazar warga.

Partisipasi Mahasiswa untuk Pelestarian Budaya

Tim mahasiswa yang terdiri dari Muhammad Fahrel Yuliyanto, Adriansyah, M Ripky Nawawi, Muhammad Farhan, dan Imron Azhari akan terlibat langsung dalam seluruh rangkaian upacara. Mereka berencana mempromosikan tradisi ini melalui media sosial untuk meningkatkan kesadaran mapengabdianqsyarakat terhadap budaya lokal.

Kami prihatin dengan terkikisnya budaya Indonesia akibat fanatisme terhadap budaya asing, terutama di kalangan remaja. Melalui keterlibatan ini, kami berharap dapat meningkatkan apresiasi publik terhadap tradisi luhur seperti Mondosiyo,” ungkap salah satu anggota tim.

Rangkaian Acara Selama Lima Hari

Kegiatan dimulai 10 Mei dengan keberangkatan tim ke lokasi, dilanjutkan persiapan Jeblugan (11 Mei), memasak sesaji hingga Tirakatan (12 Mei), puncak upacara pada Selasa Kliwon (13 Mei), seminar “Wawasan Nusantara” (14 Mei), dan penutupan (15 Mei).

Upacara puncak akan dimeriahkan pertunjukan Reog Gunung Lawu dan Singo Gilang, diiringi gamelan “Kyai Tokprol” dengan gendhing-gendhing khusus yang memiliki makna spiritual mendalam.

Kekayaan Simbolisme dalam Sesaji

Setiap elemen sesaji memiliki filosofi mendalam:

– Kemenyan: Penyambut arwah leluhur

– Badheg: Penyucian dari sifat negatif

– Tumpeng: Cita-cita setinggi gunung

– Ingkung: Simbol kesucian dan pasrah kepada Tuhan

– Gandhik: Membuang kesia-siaan dan dosa Potensi Wisata Budaya

Artikel Terbaru

Artikel Terkait