Surakarta_ Pendidikan di Indonesia terus beradaptasi menghadapi tantangan era digital. Salah satu terobosan terbaru adalah pengintegrasian pembelajaran coding dan kecerdasan artifisial (KA) ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Namun, dalam implementasinya, penting untuk diingat bahwa coding memang perlu, tapi harus disesuaikan dengan alur perkembangan teknologi dan kemampuan anak didik.
Berdasarkan Naskah Akademik Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial (KA) yang diterbitkan oleh Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikdasmen RI (2025), coding tidak hanya diajarkan sebagai keterampilan teknis, tetapi juga sebagai bagian dari literasi digital, pemecahan masalah, berpikir logis, serta pengembangan etika dan tanggung jawab digital.
Implementasi Bertahap Sesuai Jenjang
Pemerintah menetapkan bahwa pembelajaran coding dan KA dimulai secara bertahap:
- SD (kelas 5–6): pengenalan melalui kegiatan kontekstual dan berbasis permainan (unplugged coding).
- SMP (kelas 7–9): penguasaan coding block-based, algoritma sederhana, dan eksplorasi aplikasi KA.
- SMA/SMK (kelas 10–12): pemrograman berbasis teks, analisis data, hingga pengenalan machine learning dan AI design system.
Pendidikan Harus Relevan dan Humanis
Kurikulum ini tidak hanya fokus pada aspek teknis. Ia juga menekankan pentingnya pemikiran etis, human-centered mindset, dan bagaimana peserta didik memahami serta menggunakan teknologi untuk kebaikan bersama. Pendidikan harus tetap memanusiakan manusia. Dalam pandangan saya, sebagai pendidik, teknologi tidak bisa lepas dari nilai, konteks sosial, dan kesiapan individu yang menggunakannya.
“Coding memang penting, tapi implementasinya tidak boleh dipaksakan. Harus selaras dengan tahap perkembangan peserta didik dan disesuaikan dengan kesiapan sekolah serta gurunya.” — Ahmad Fauzi
Kesiapan Guru dan Infrastruktur Jadi Kunci
Pemerintah juga telah merancang pelatihan guru, pengembangan bahan ajar, dan sertifikasi profesional untuk mendukung keberhasilan kurikulum ini. Selain itu, kolaborasi multi-pihak—mulai dari industri, kampus, hingga komunitas—diupayakan agar pembelajaran coding benar-benar berdampak nyata dan merata.
Kesimpulan
Transformasi kurikulum digital bukan semata soal tren, melainkan kebutuhan untuk masa depan bangsa. Namun, kurikulum coding harus dibangun dengan bertahap, kontekstual, dan adaptif, agar peserta didik tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta solusi.