Mengalami penolakan jurnal adalah hal yang wajar, bahkan bagi peneliti senior sekalipun. Justru dari sinilah kita belajar bagaimana sebuah karya ilmiah bisa tumbuh lebih kuat. Penolakan bukan berarti riset kita buruk, melainkan ada ruang perbaikan yang harus digarap dengan serius.
Ada beberapa hal yang bisa menjadi pegangan:
Pertama, kuatkan fondasi data. Reviewer sering menyoroti ukuran dan kualitas data. Jika data yang kita teliti terlalu kecil atau tidak seimbang, hasilnya mudah dianggap kurang representatif. Bukan sekadar soal jumlah, tetapi juga keragaman. Misalnya, ketika meneliti sistem informasi e-commerce, jangan hanya ambil data dari satu toko atau satu aplikasi, tetapi gabungkan dari beberapa sumber agar hasilnya lebih kokoh dan bisa digeneralisasi.
Kedua, tunjukkan nilai baru dari risetmu. Menggunakan metode populer atau framework yang sudah ada boleh saja, tetapi reviewer selalu mencari “apa yang berbeda” dari penelitianmu. Apakah ada pengembangan model, ada integrasi dengan metode lain, atau ada penerapan pada domain yang belum banyak diteliti? Kontribusi yang jelas akan membuat penelitianmu terlihat lebih orisinal, bukan sekadar mengulang.
Ketiga, jangan berhenti di angka hasil. Angka akurasi, F1-score, atau nilai performa lainnya memang penting, tapi itu baru permukaan. Reviewer akan lebih menghargai jika kamu bisa menjelaskan mengapa sistem salah memprediksi, bagaimana membandingkannya dengan metode lain, atau komponen apa yang paling berpengaruh melalui studi ablation. Analisis seperti ini menunjukkan bahwa kamu benar-benar memahami sistem yang sedang kamu bangun.
Keempat, perhatikan cara menyampaikan. Paper bukan hanya soal isi, tapi juga cara presentasi. Gunakan bahasa akademik yang formal, visualisasi yang jelas, dan struktur yang sesuai standar IMRAD. Klaim juga harus proporsional: daripada menulis “sistem ini sangat baik,” lebih tepat menulis “sistem menunjukkan peningkatan 8% dibanding metode sebelumnya, yang menunjukkan adanya perbaikan kinerja.”
Terakhir, hubungkan penelitian dengan arah ke depan. Reviewer ingin melihat manfaat nyata dari risetmu. Bukan hanya sekadar laporan hasil, tetapi juga bagaimana penelitian ini bisa diterapkan, dikembangkan, atau digunakan di masa depan. Misalnya, sistem informasi yang diteliti bisa mendukung pengambilan keputusan manajerial, membantu UMKM, atau menjadi dasar pengembangan teknologi selanjutnya.
Rangkaian sederhana bisa dibayangkan seperti ini:
Data yang kuat → Kontribusi nyata → Analisis mendalam → Presentasi rapi → Arah penelitian jelas
Penutup
Bagi mahasiswa, penolakan jurnal seharusnya tidak menjadi titik henti. Setiap komentar reviewer adalah pintu masuk untuk naik level. Anggaplah penolakan sebagai bimbingan tak langsung dari para ahli. Dengan mental yang kokoh dan perbaikan yang terarah, justru dari kegagalan pertama inilah kita belajar bagaimana menjadi peneliti yang lebih matang.